English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Sabtu, 15 Januari 2011

Cerita Putri Hijau

Cerita Putri Hijau

Keberadaan Meriam Puntung di Istana Maimun tidak terlepas dari cerita Putri Hijau yang hidup di masyarakat melayu. Menurut cerita, pada zaman dahulu tepatnya pada tahun 1612 lalu, berdirilah sebuah Kerajaan yang bernama Aru Baru, (sekarang Deli Tua). Kerajaan ini dipimpin oleh tiga bersaudara Mambang Diyazid, Putri Hijau dan Mambang Sakti (Khayali).

Putri Hijau terkenal sangat cantik sehingga namanya tersohor kemana-mana mulai dari Aceh sampai ke ujung Utara Pulau Jawa. Sultan Aceh jatuh cinta pada Putri itu dan melamarnya untuk dijadikan permaisurinya. Lamaran Sultan Aceh ditolak oleh kedua saudara laki-laki Putri Hijau. Sultan Aceh sangat marah karena penolakan itu dianggapnya sebagai penghinaan terhadap dirinya. Maka Kesultanan Aceh pun memerangi Kesultanan Deli, yg waktu itu dipimpin oleh saudara tua Putri, Mambang Yazid.

Al-kisah, dengan menggunakan kekuatan gaib seorang saudara tua Putri Hijau (Mambang Yazid) menjelma menjadi seekor ular naga dan seorang lagi (Mambang Hayali) menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga akhir hayatnya.

Kesultanan Deli Lama mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena kecewa Putra Mahkota yang menjelma menjadi meriam itu meledak sebagian, bagian belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya ke dataran tinggi Karo kira-kira 5 Km dari Kabanjahe.

Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat ke dalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh melalui Selat Malaka. Ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu telur dan permohonan puan Putri dikabulkan. Tetapi baru saja upacara dimulai tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat disusul gelombang-gelombang yang sangat tinggi. Dari dalam laut muncullah abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga itu dan dengan menggunakan rahangnya yang besar mengambil peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut.

Legenda ini sampai sekarang masih terkenal di kalangan masyarakat Deli dan malahan juga dalam masyarakat Melayu di Malaysia.

Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan Benteng dan Puri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedang sisa meriam (Meriam Puntung) penjelmaan abang Putri Hijau itu dapat dilihat di halaman Istana Maimun Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar